BMKG : PREDIKSI CUACA PANAS TAHUN 2024 LEBIH GILA!
Jakarta, Komite.Id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan tahun 2024 bakal akan lebih panas lagi dari tahun 2023.
Gangguan cuaca kemungkinan masih akan menjadi tantangan bagi produksi pertanian, terutama pangan di Indonesia. Tak hanya itu, periode panen raya padi dikhawatirkan tak terjadi tahun ini karena mundurnya musim tanam dan musim panen.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan pemanasan global dan perubahan iklim diperkirakan berlanjut karena emisi gas rumah kaca masih terus meningkat, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menekannya.
Hasil Kerangka Survey Area (KSA) BPS menunjukkan, produksi gabah nasional pada bulan Januari 2024 hanya sekitar 900.000-an ton setara beras dan bulan Februari hanya sekitar 1,3 juta ton setara beras. Artinya, akan ada defisit sekitar 1,61 juta ton dan 1,22 juta ton karena kebutuhan beras nasional berkisar 2,5 juta ton per bulan.
“Pemanasan global mencapai rekor baru pada 2023, melampaui rekor tahun 2016. Tahun 2024 diperkirakan akan lebih panas lagi,” kata Ardhasena, Sabtu (20/01/23).
Ia menyebut kombinasi fenomena El Nino dan perubahan iklim telah memicu peningkatan suhu pada paruh kedua tahun 2023.
Menurutnya, rata-rata suhu global tahunan 2023 sekitar 1,45 derajat Celsius, atau kurang lebih 0,12 derajat C lebih hangat dibandingkan dengan level pra-industri.
“Pemerintah lewat Bapanas mengacu pada 1 data BPS. Sehingga dengan data yang ada, memang mau tidak mau penyebabnya adalah dampak iklim yang bergelora, terutama El Nino,” katanya.
“Dan kalau kita bicara informasi BMKG sendiri, tahun 2024 pun kita harus antisipasi karena panasnya juga akan lebih gila lagi. Itu berdasarkan data BMKG yang kami baru baca,” tambahnya.
Karena itu lah, lanjut dia, pemerintah harus menjamin ketersediaan stok, dengan berbagai upaya antisipasi. Apalagi, lanjut dia, untuk mengimpor beras tak mudah karena butuh waktu dalam setiap prosesnya.
“Impor beras nggak bisa tiba-tiba, nggak gampang. Hari ini keluarkan PI (persetujuan impor), sebulan belum tentu dapat. Di sisi lain, pemerintah juga harus menjamin kewajaran harga di petani. Tapi kalau Rp8.000 (harga gabah petani) terlalu mahal karena kembali lagi bapak-bapak kalau membeli beras pasti akan harga mahal,” ujarnya.
El Nino sangat memengaruhi stok beras di dalam negeri. Sementara, lanjut dia, dibutuhkan ketersediaan untuk berbagai program pemerintah dalam mengintervensi pasar. Yaitu, melalui Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang serupa operasi pasar serta bantuan beras 10 kg yang diberikan gratis kepada sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
“Saat ini, posisi stok pemerintah di Perum Bulog ada sekitar 1,3 juta to. Ini perlu di-top up. Nah, salah satu langkah pemerintah menguatkan stok dengan impor. Namun, impor dilakukan sangat terukur. Terbukti, harga di petani tahun 2023 bagus. Harga GKP (gabah kering panen) itu berkisar Rp6.000-7.000, bahkan di beberapa daerah ada yang sampai Rp8.000 per kg,” katanya.
Tak Ada Panen Raya
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan musim panen saat ini tak serentak dan sporadis. Namun, Henry tak ingin pemerintah menjadikan El Nino sebagai alasan yang pemerintah untuk mengimpor beras.
“Panen raya sekarang nggak merata, nggak serentak seperti dulu. Misalnya, di Deli Serdang (Sumatra Utara), yang seharusnya sudah panen besar tapi nggak,” pungkasnya.
Dia mengatakan, musim tanam mengalami kemunduran akibat El Nino, yang kemudian menyebabkan mundurnya musim panen.
“Secara prinsip saya sepakat dengan pak Henry. Di beberapa tempat yang sekarang harusnya panen raya, nggak panen raya. Saya dari Temanggung, di sana belum tanam. Jangan-jangan nggak lagi ada yang namanya panen raya, sehingga harga dan produksi nggak bayak. Ini berarti produksi kita masih akan relatif terganggu,” ujarnya.